Rector Notes No. 322
Ada satu hal “terberat” bagi saya ketika awal awal menjadi rektor. Yaitu meminta izin menebang atau memindahkan pohon yang ada di depan gedung rektorat kepada Dr. Zul. Karena saya paham, beliau sangat cinta dengan pohon.
Dr. Zul pernah berkata pada saya, “saya tidak sedang mendirikan sekolah, tidak sedang membuat kampus, namun sedang membangun taman yang kebetulan di dalamnya ada sekolah dan kampus”.
Maka lihatlah hasilnya sekarang dari apa yang diusahakannya sejak tahun 2012-an. Komplek Sekolah SD/SMP/SMA Samawa Cendekia dan kawasan Olat Maras dipenuhi oleh berbagai pohon yang rindang. Ada pohon trembesi, mahoni, ketapang kencana, lita, mangga dll.
Saking kerasnya Dr. Zul terhadap prinsip perpohonan ini, beliau pernah berkata, “kalau ada mahasiswa yang merusak tanaman, semisal menebang pohon di lingkungan kampus, keluarkan saja dia dari kampus”.
Nah saat itu, kami memiliki ide untuk menata taman rektorat. Idenya disana akan dijadikan taman untuk diskusi terbuka, mirip seperti ruang publik kreatif. Pohon pohon yang telah menjulang tinggi seolah menutup marwah gedung rektorat. Saya meminta izin Dr. Zul dan dijawabnya, “saya percayakan pada pak Rektor”.
Mendapatkan izin, kami melakukan perombakan. Beberapa pohon yang tidak bisa dipindahkan, terpaksa ditebang. Beberapa lainnya tetap disana. Bahkan pohon beringin yang besar masih tumbuh disana. Pangkal batangnya yang besar menandakan usianya lebih dari 8 tahun. Oleh perawat taman mas Heri, pohon beringin dibuat seperti bonsai.
Setelah ashar, ketika matahari mulai menurun dan terhalang sinarnya oleh Pohon Ketapang Kencana yang telah tinggi, taman ini sangat asyik untuk berdiskusi bersama. Mumpung kondisi pandemi telah membaik, Elang Muda ayo kita diskusi di taman rektorat.
Saya sering duduk disana, semilir angin sore dan udara yang segar, ditambah kicauan burung dan jeritan kera dari Olat Maras membuat kita sangat nyaman dan cenderung tak mau beranjak hingga adzan magrib dari Masjid Alkahfi terdengar berkumandang.
#utsmembumidanmendunia
