NEWS

Kehangatan Masyarakat Desa Tepal

Rector Notes No. 261 

Saya sungguh terkesan dengan kehangatan masyarakat Desa Tepal. Meski baru pertama kali bertemu, tapi rasanya sudah seperti saudara yang lama tidak berjumpa. Ramah dan hangat ketika menyambut kami semua saat kunjungan lalu. Saya yakin mahasiswa kami yang melakukan program Merdeka selama 2 bulan juga merasakan hal yang sama. Saking berkesan mereka menyebut Tepal sebagai second home, rumah atau kampung kedua.

Dari rumah ke rumah, kami selalu dijamu dengan sajian kopi Tepal yang terkenal itu. Mauro dan Shafie mendapat pelajaran membuat rokok jontal. Foto ini diambil di dapur keluarga Pak Sutarjon, yang disebut sanikan. Menurut Pak Aka Kurnia, Dekan Fikom yang pernah meneliti mengenai dapur masyarakat Tepal, selain tempat memasak, dapur berfungsi sebagai tempat bercengkrama anggota keluarga.

Nilai nilai kehidupan biasanya ditanamkan disana oleh para orang tua. Mereka sangat concern dengan pendidikan anak-anaknya, khususnya pendidikan agama. Banyak cerita keberhasilan anak anak Tepal yang telah mengenyam pendidikan tinggi di dalam maupun luar negeri.

Suhu udara Tepal yang dingin menjadikan dapur sebagai tempat menghangatkan badan. Suasana seperti ini mengingatkan saya pada masa kecil. Dalam bahasa Sunda disebut hawu, tempat memasak menggunakan kayu bakar yang sekarang sudah mulai ditinggalkan dengan kehadiran kompor gas dan kompor listrik.