NEWS

Belajar dari Chancellor Lee Lambert

Rector Notes No. 380

.

Ia senang dipanggil Lee, nama yang identik dengan nama orang Korea. Ia memang lahir di Seoul, dari seorang Ibu asal Korsel, pada tahun 1962. Sementara ayahnya seorang keturunan African American. Mr. Lee adalah chancellor (rektor) Pima Community College di Tucson, Arizona.

Di US, biaya kuliah di Universitas cukup mahal. Ini menyulitkan bagi sebagian masyarakat kalangan menengah ke bawah. Lahirlah Community College, yang menjembatani kuliah yang bersifat vokasional dengan biaya yang relatif terjangkau. Pendidikannya hanya berlangsung 2 tahun. Lulusannya dapat langsung bekerja pada sebuah perusahaan, maupun melanjutkan kuliah ke tingkat universitas selama 2 tahun lagi.

Hari ini kami bertemu dengan Chancellor Lee. Sebelum bertemu, saya telah membaca biografinya. Juga gebrakannya dalam memajukan kampus yang cukup mencengangkan. Salah satu terobosannya, ia membuat Automotive Technology and Innovation Center. Para pabrikan mobil berbondong bondong memberikan donasinya. Di pusat inovasi tersebut, para mahasiswa di bidang otomotif akan menjadi lebih mudah paham karena prakteknya bisa langsung dengan peralatan yang canggih.

Saya banyak bertanya, pun demikian sahabat saya yang lainnya. Terutama mengenai kepemimpinannya di kampus. Bagaimana membuat kampusnya berubah secara radikal. Dari yang tadinya dipandang sebelah mata, menjadi kampus yang cukup maju, bahkan termasuk Community College yang paling maju di US.

Begini menurut beliau. Seorang pemimpin itu harus visioner. Dia tidak hanya memikirkan hari ini. Namun ia harus melihat 10-15 tahun kedepan. Chancellor Lee menyampaikan, untuk apa yang harus dilakukan hari ini, biar tim dibawahnya yang bekerja. Lalu, seorang pemimpin perlu memiliki networking yang baik. Dengan pemerintah, industri, NGO maupun media. Ia menyampaikan pengalamannya tinggal di berbagai tempat dan lingkungan yang membawanya menjadi sering melihat dan mendengarkan keberagaman.

Namun ia mengingatkan, seorang pemimpin harus kukuh dengan pendiriannya. Bahkan untuk hal yang diyakini benar, lebih baik ia harus bersikap keras kepala (stubborn).

Terima kasih Chancellor Lee atas sharing-nya !