Rector Notes No. 312
Minggu lalu, selepas mengisi Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baitussalam, Griya Idola, saya berkunjung ke kediaman kakanda Nurdin Ranggabarani @n_ranggabarani_vibes yang berdomisili tidak jauh dari masjid.
Beliau seorang tokoh Sumbawa yang telah banyak berkiprah bagi daerah ini sebagai legislator baik di Kabupaten Sumbawa maupun Provinsi NTB. Kami diskusi banyak hal, khususnya terkait peranan akademisi menyikapi permasalahan di tengah masyarakat. Mulai dari pertambangan, lingkungan hidup, dan cerita perjuangan bang Nurdin saat menjadi seorang jurnalis di Jakarta, sebelum ia menjadi seorang legislator di usianya belum genap 27 tahun.
Sebagai mantan seorang jurnalis, bang Nurdin aktif menulis. Saya diberikan dua buku hasil karyanya. Pertama berjudul “Dea Guru Syaikh Zainuddin Tepal as-Sumbawi, Mahaguru Ulama Nusantara” dan kedua berjudul “Manambai Sang Inspirator dan Motivator”.
Pagi ini saat perjalanan ke kampus, saya membaca bukunya tentang ulama besar asal Tepal, Syaikh Zainuddin. Pikiran saya melayang kepada bayangan 200 tahun lalu. Ada seorang anak Tepal yang kemudian menjadi ulama besar di Mekah, Arab Saudi. Ia menjadi guru para ulama besar dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Saya dua kali pernah berkunjung ke desa Tepal. Untuk menuju kesana medannya sangat berat. Jalannya menanjak, menurun dan berlumpur. Padahal kita sudah 76 tahun merdeka. Bagaimana dengan keadaan 200 tahun lalu?
Jika bukan karena semangat dan mental yang membara untuk menuntut ilmu, rasanya tidak mungkin Syaikh Zainuddin bisa keluar dari Tepal menembus hutan belantara, menyebrangi lautan yang ganas hingga sampai di kota Ummul Quro, Mekah.
Buku ini bukan ingin membangkitkan romantisme masa lalu, tetapi bertujuan menghidupkan nilai nilai luhur semangat untuk generasi muda masa kini. Saya mengundang Bang Nurdin untuk membedah kedua buku ini di kampus dalam waktu dekat supaya para Elang Muda bisa meneladani kedua orang hebat asal Sumbawa tersebut.
