Rector Notes No. 219
Selamat Dies Natalis @univ_indonesia yang ke 71. Teringat ketika pertama kali menginjakkan kaki di Depok, hampir 19 tahun lalu. Pengalaman tak terlupakan karena untuk pertama kalinya dalam hidup naik kereta dari Serang menuju Jakarta Kota ditemani kakak dan adik perempuan. Lalu dilanjutkan menggunakan KRL ke Bogor untuk singgah 1 malam di tempat saudara. Keesokan harinya menuju UI naik KRL yang penuh sesak. Turun di Pondok Cina dan langsung menuju rektorat untuk daftar ulang.
Saat itu biaya kuliah di UI Rp 1.5 juta/semesternya. Saya mendapatkan keringanan (beasiswa) sehingga hanya membayar Rp 500 ribu. Memang keluarga kami betul betul tidak ada uang saat itu.
Saya masuk UI melalui jalur PPKB, tanpa test SPMB. Bersama 300an mahasiswa PPKB dari berbagai wilayah di Indonesia kami mengikuti matrikulasi di kampus UI Salemba. Setiap pagi kami naik KRL yang penuh sesak menuju stasiun Cikini. Pedagang asongan, loper koran dan copet banyak berkeliaran.
Saya tinggal di asrama UI. Disana saya berkenalan dengan sahabat dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka umumnya adalah para juara di sekolahnya masing masing. Qadarullah, disana pula saya dipertemukan dengan belahan jiwa.
Mengingat semua kenangan itu, saya merasa dejavu. Tiga bulan sebelum keluarga datang ke Sumbawa, saya sengaja tinggal di Asrama Mahasiswa UTS. Mereka yang tinggal di asrama ini memang diprioritaskan bagi para mahasiswa yang berasal dari luar Sumbawa. Ada yang dari Aceh, Medan, Riau, Palembang, Kalimantan, Sulawesi, NTT dan daerah lainnya.
Setiap kali ada orang tua mahasiswa yang mengadu kesulitan biaya kuliah, saya sangat memahami perasaan mereka. Sehingga selalu kami carikan solusinya, apakah dengan penangguhan pembayaran, cicilan atau dengan mencarikan beasiswa dari berbagai sumber.
Terima kasih UI telah mengajarkan saya banyak hal. Tentang keilmuan, tentang persahabatan, organisasi kemahasiswaan, pengembangan soft skill, pengembangan kampus dll. Pengalaman pengalaman terbaik dari UI saya tularkan kepada sivitas academica
